ALT/TEXT GAMBAR PPC Iklan Blogger Indonesia
Loading...

Tangisan Gadis Anak Nelayan

Tangisan Gadis Anak Nelayan.Sebuah pagi di desa terpencil di pesisir pantai jakarta,,, 
aku tersenyum menatap indahnya hamparan laut lepas ditemani oleh kicauan burung. Beberapa rakyat hilir mudik memulai aktivitasnya, dan akupun memulai perjalanan ditemani sepeda tua milik pamanku melangkah menuju tempat praktek ku di sebuah klinik kecil. 
Praktek pertamaku setelah usai mengeyam pendidikan kedokteran disalah satu universitas negeri di ibu pertiwi, dan kinilah saat yang aku nantikan, saat dimana aku dapat mengabdikan ilmuku untuk mereka yang membutuhkanku. 
Berbagai hal dan pelajaran yang kudapat selama ini akhirnya dapat kumanfaat dengan baik. Lega rasanya dapat membantu mereka yang benar – benar membutuhkan diriku. 
Bagaikan melepaskan ribuan cinta kelangit luas.
Pagi ini, terasa amat luar biasa. Pagi ini merupakan pagi terakhirku praktek di desa yang penuh keindahan ini. Banyak hal dan pelajaran besar yang dapat kuperoleh disini. Bukan hanya pelajaran mengenai bidang kesehatan, tetapi juga pelajaran mengenai hidup. Meski ini merupakan hari terakhirku praktek, namun aku tetap pergi ke klinik seperti biasa. Di tengah perjalanan, tepat di sisi pantai, kutemui seorang gadis cantik mengis. Menutupi manisnya wajah yang begitu polos dan juga lembut. Mungkin sekitar sepuluh atau sebelas tahun usia anak gadis ini. Langkah sepedaku pun terhenti, lalu kedekati dia sembari bertanya” adik,,,, mengapa kau menangis?? Adakah yang sakit ??” Dia masih tetap menangis dan terus menutupi wajahnya. Hingga tak kuat batinku melihatnya, lalu kudekat dia dengan penuh kasih.
Tangisnyapun perlahan mereda, mungkin dia tau maksud pelukanku. Lalu dia menatapku dengan penuh ketulusan dari bola mata yang begitu indah. Dia berkata padaku, bahwa ia menangis bukan karena sakit tubuhnya, melainkan karena sakit batinnya. Lalu dia pun akhirnya melepaskan semua kisahnya.
Tangisnya kembali tumpah, karena tak kuat lagi menahan derita. Derita yang dipikulnya selama ini. Ibunya telah meninggalkannya tepat tiga tahun lalu, dan ayahnya merupakan seorang nelayan, yang tak sering dia dapat bercengkrama bersama. Sang ayah selalu berlaut setiap sore di saat dia pulang dari sekolahnya. Semua hal di ceritakannya kepadaku dengan bahasa isyarat yang biasa di gunakannya.
Yah,,, dia gadis bernama Nia, seorang gadis tunawicara. Beruntung aku dapat mengerti bahasa isyaratnya, karena kakakku yang juga mengalami tunawicara. Gadis itu menangis karena merasa kesepian dan juga tak kuat lagi menahan segala cemoohan kawan – kawannya yang selalu merendahkannya. 
Bahkan nia pun tak mempunyai teman. Mereka hanya memandang Nia sebagai gadis cacat anak seorang nelayan yang tak mampu berbuat apa – apa. Selama ini Nia memang bersekolah di sekolah negeri bersama anak – anak normal lainnya.
Nia mengatakan padaku, bahwa dirinya sangat ingin sepertiku. Mampu menolong setiap orang yang sakit, meskipun dirinya merupakan orang yang tidak sempurna. Dan akupun berkata padanya menggunakan bahasa yang mampu ia mengerti, bahwa,,
kamu pasti mampu mewujudkan segala impianmu. Selagi kamu mau berusaha, tak menyerah, dan juga tetap berdoa. Mereka yang terlahir sempurna, belum tentu dapat melakukan apa yang kamu lakukan dengan sempurna.
Bukankah tuhan itu selalu adil pada setiap makhluknya. Percayalah padaku dik, bahwa tuhan telah memberimu keistimewaan yang tidak semua mahkluknya memilikinya.
Jadi, lambungkanlah semua cita – citamu di awan, lalu gapailah segala bintang yang terang benderang. Dan kelak buktikan pada mereka yang melemahkanmu, bahwa kamu mampu menjadi bintang yang teramat terang diantara luasnya langit malam. Gadis itu, tersenyum dan memelukku erat, bagai tanda perpisahanku dengannya, juga dengan desa yang begitu indah.
##
Lima belas tahun kemudian,,,
Aku yang sudah menikah dan memiliki anak – anak kini, akhirnya kembali bertugas di desa tempat dimana pertama kali langkahku dimulai sebagai seorang dokter. Yupz, si desa kecil di pesisir pantai. Betapa terkejutnya aku, ketika kudapati kini, terdapat klinik cukup besar di tengah – tengah desa tersebut. Klinik bernama NIA HEALTHY,, benakku teringat kepada seorang gadis yang kutemui lima belas tahun silam.
Benar saja, tak lama seorang dokter keluar bersama pengawalnya, dan tak pernah kuduga, bahwa dokter itu merupakan dokter pemilik klinik tersebut, dan yang lebih mengejutkan lagi, ketika dia melihatku, dia tanpa ragu memelukku dengan penuh tangis. Kali ini sebuah tangisan yang tumpah di tubuhku merupakan tangisan bahagia,dan dapat kurasakan itu.
Tuhan, terima kasih engkau selalu memeluk hambamu yang lemah ini, menguatkan kami dalam doa, dan memberi kami petunjuk di dalam sulit. Kini kurasakan betapa megahnya langit melambungkan senyuman dan pantai memberikan pelukkan penuh keindahan.
Riana Esa Rahmawati Loebis http://www.kompasiana.com/kuuu_uuupz

Share : Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Page Load

Terima kasih telah membaca artikel Maz Dani tentang Tangisan Gadis Anak Nelayan dengan url http://dubraw735.blogspot.com/2012/06/tangisan-gadis-anak-nelayan.html, Semoga Artikel Tangisan Gadis Anak Nelayan bermanfaat bagi diri saya dan anda.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkomentar dengan baik, sopan dan tidak mengandung spam,dimohon untuk tidak meletakan link aktif dalam komentar!!!
Klik Subscribe by email jika ingin mengetahui update komentar pada artikel ini, thank you for visiting

Ttd : Dani Setiadi